Sosok Polisi Berhati Mulia di NTT, Bangun Panti Asuhan dan Sekolahkan 81 Anak

  • Whatsapp
Aipda Yunus sedang memantau anak-anak asuhnya yang sedang belajar. (Foto: *BN)

KUPANG, berandanusantara.com – Aipda Yunus Labba, seorang Polisi di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki perhatian besar terhadap anak-anak yang tidak mampu. Sejak menjadi Polisi, Aipda Yunus Labba manampung anak-anak untuk disekolahkan.

Hal itu dilakukan lantaran Yunus pernah merasakan hidup susah dan menjadi salah satu penghuni Panti Asuhan di Kota Kupang. Itulah yang membuat Yunus terinspirasi untuk meneruskan pelayanan dan berbuat baik kepada sesama.

Read More

Berawal ketika tahun 2006, Yunus mulai menampung beberapa anak untuk dia asuh. Jumlahnya tak banyak saat itu. Hanya 7–8 anak hingga tahun 2007. Namun berjalannya waktu, hingga tahun 2014 jumlahnya semakin banyak. Mencapai puluhan anak.

Dengan bertambahnya jumlah anak-anak yang dia tampung, ditambah beban kebutuhan semakin tinggi dan gajinya yang pas-pasan, Yunus memutuskan untuk mencari pekerjaan tambahan di luar tugas pokoknya sebagai anggota Polri.

Dia pun menjadi Chief Security di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Kupang. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan makan minum keluarga dan anak-anak yang ia tampung. Belum lagi untuk kebutuhan sekolah anak-anak.

“Saya pikir itu bisa menopang, tapi ternyata dengan tambahan gaji sebagai Chief Security pun masih kurang,” ujar Aipda Yunus Labba, Selasa (10/8/2021).

Karena jumlah anak yang dia tampung terus menerus bertambah setiap tahunnya, dia pun mencoba bertukar pikiran dengan teman-temannya. Dia pun kemudian diberi masukan untuk membuat Panti Asuhan, sehingga bisa dibantu oleh pemerintah.

Masukan teman-temannya itu dijalankan oleh Aipda Yunus. Dia pun memutuskan untuk membuat Panti Asuhan langsung di rumahnya yang berlokasi di Kelurahan Belo, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.

Pada tahun 2017 Panti Asuhan Generasi Pengubah pun terbentuk di bawah naungan Yayasan El Roi Kanaan Kupang, dengan Akta Notaris dan Surat Keputusan Departemen Hukum dan HAM.

“Dan ijin operasional Panti Asuhan keluar pada tahun 2018 oleh Dinas Sosial Kota Kupang,” jelas Aipda Yunus.

Dengan adanya Panti Asuhan yang telah mengantongi ijin operasional, jumlah anak penghuni Panti Asuhan mencapai 81 anak di tahun 2021. Anak-anak yang ditampung dan disekolahkan dari latar belakang yang berbeda-beda.

“Ada yang tidak mampu, yatim piatu, serta terlantar. Saya pun sadar betul kalau saya dari latar belakang yang susah bahkan hilang harapan. Tapi saya terus termotivasi dengan niat tulus untuk membantu sesama,” tuturnya.

Aipda Yunus pun mengaku, niat tulusnya itu sempat ditolak mentah-mentah oleh istrinya setelah menikah. Bukan saja gaji yang pas-pasan saat itu, bahkan sangat kurang jika harus membiayai orang lain, selain keluarga.

“Dia (istri) menolak, tapi saya terus memberi penjelasan dan terus bawa dalam doa, bahwa kita harus menolong. Memang ini panggilan murni. Tidak ada motivasi lain,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, dari 81 anak yang dia asuh, 36 anak sudah mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi, sisanya di masih ada yang PAUD, SD, SMP dan SMA. Untuk biaya pendidikan, jelas dia, ada yang mendapat keringanan melalui beasiswa.

“Ada yang beasiswa penuh, ada yang pemotongan 50 persen. Yang di sekolah negeri justru tanpa beasiswa. Semoga ada perhatian dari pemerintah,” tandasnya.

Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, menurut Aipda Yunus sangat berdampak terhadap kehidupan di Panti Asuhan miliknya. Terutama untuk biaya makan dan minum setiap hari. Belum lagi operasional lainnya yang totalnya mencapai Rp30 juta perbulan.

“Beras saja bisa sampai 17 karung perbulan. Saya merasa goyang karena bagaimana pun anak-anak harus tetap makan dan minum, termasuk kebutuhan-kebutuhan lain, termasuk untuk bersekolah,” jelas dia.

Beruntung juga, tambah dia, untuk kebutuhan beras saat ini bisa sedikit ditopang melalui sawah yang dia beli. Dia mengaku, atasannya seperti Kapolda, Wakapolda serta rekan sejawatnya pun telah benyak membantu Panti Asuhan yang didirikannya.

Bahkan, kata dia, mantan Wakapolda NTT yang kini telah menjadi Kepala Divisi Hubungan Internasional Mabes Polri, Irjen Pol Johny Asadoma rutin menyumbang untuk kebutuhan anak-anak di Panti Asuhan. Bahkan telah menjadi Bapak Asuh bagi anak-anak.

“Saya berharap pemerintah dan semua pihak bisa ikut perhatikan. Saya percaya, meskipun berat tapi Tuhan punya cara untuk menolong. Banyak saudara-saudara kita yang punya hati untuk membantu,” ucap Aipda Yunus.

Aipda Yunus yang kini bertugas di Direktorat Tahanan dan Barang Bukti Polda NTT punya mimpi besar, yakni Panti Asuhannya bisa menampung 300 anak kedepannya. (*BN/AM)

Related posts