Saudi Lian Bicara Soal Tanggal Pemekaran Kabupaten Rote Ndao yang Sebenarnya

  • Whatsapp
Soudi Lian. (Foto: istimewa)
Saudi Lian. (Ist)
Saudi Lian. (Ist)


KUPANG, berandanusantara.com –
Selama ini publik mengetahui bahwa tanggal 2 Juli 2002 merupakan hari pemekaran kabupaten Rote Ndao. Bahkan telah menjadi tanggal peringatan hari ulang tahun kabupaten terselatan di NKRI itu.

Namun, tokoh asal Rote Ndao yang juga sekretaris panitia pembentukan kabupaten Rote Ndao di Jakarta, Saudi Lian mengatakan tanggal sebenarnya adalah 10 April 2002. Dia pun bercerita tentang rentetan sejarah terbentuknya kabupaten Rote Ndao.

Read More

Saudi menjelaskan, pada tahun 1958 sebenarnya ada kesempatan emas bagi kabupaten Sabu Raijua dan Rote Ndao untuk menjadi kabupaten. Namun, tidak terlaksana lantaran ada pro dan kontra soal ibu kota; apakah di Ba’a atau Seba.

Alhasil, Rote Ndao dan Sabu Raijua saat itu bergabung dengan kabupaten Kupang. Rote Ndao saat itu diberi status wilayah pembantu Bupati Kupang sama dengan Lembata yang saat itu menjadi pembantu Bupati Flores Timur.

Selama 39 tahun lamanya, masyatakat Rote Ndao tidak putus asa. Dan ketika Lembata telah diputuskan menjadi kabupaten, perjuangan untuk menjadikan Rote Ndao sebagai kabupaten pun lebih keras. Lebih berkobar dengan hebat.

“Saya teringat malam hari tanggal 7 oktober 1997, tepat hari pernikahan adik bungsu saya, Carly Lian di rumah pak Frans Taek di Ba’a. Saat iru, pak Benyamin Mesakh memberi kata kata nasihatnya sebagai orang tua,” beber Saudi Lian.

Usai tamah tamah itu, Benyamin Mesakh kemudian menarik Saudi Lian ke pojok tenda dan meminta dengan serius agar dirinya membantu memperjuangkan Aspirasi Masyarakat untuk pembentukan Kabupaten Rote Ndao.

“Saat itu saya bagi tugas. Saya meminta pak Pembantu Bupati kumpulkan tanda tangan para tokoh masyarakat sebagai lampiran dokumen permohonan pembentukan Kabupaten Rote Ndao kepada pemerintah Pusat, dengan tembusan kepada Bupati Kupang dan Gubernur NTT,” jelasnya.

Usai itu, Saudi dan keluarga kemudian balik ke Jakarta. Di sana Saudi kemudian berkesempatan bertemu dengan dua tokoh penting asal NTT yakni Th. Hermanus, Sekda NTT dan Mel Adoe yang saat itu menjabat sebagai ketua DPRD NTT.

Menurut Saudi Lian, kedua tokoh tersebut sepakat dan kembali menganjurkan agar dibentuk panitia pembentukan kabupaten Rote Ndao di Rote, Kupang dan Jakarta. Mel Adoe saat itu membentuk panitia di Kupang, sementara Saudi membentuk di Jakarta.

Dalam waktu singkat, terbentuklah susunan panitia. Di Rote diketuai oleh Hakim S. Panie, Sekertaris M.L. Henukh dan Bendahara S. Henukh. Di Kupang diketuai Mel Adoe, Sekretaris Ansel Soru dan Bendahara Markus Ndun.

Sementara untuk panitia di Jakarta diketuai oleh Jendral Benny Balukh yang saat itu menjabat sebagai ketua Komisi V DPR RI, Sekertaris Saudi Lian yang saat itu sedang menempuh pendidikan pascasarjana di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta dan Bendahara ECW Neloe.

Para sesepuh Rote yang lain duduk sebagai penasehat diantaranya; JN Manafe, anggota DPR RI, Anton Adi mantan Bupati Kupang, ada juga pengusaha nasional Agus Tupu dan Yusuf Meruk, Dokter Pelokilla dan Dr Mboeik, Rohaniwan Petrus Oktavianus, David Fanggidae dan Alfaris Lian, Ir. Saudale.

Dari luar negeri pun tak kalah ikut bergabung dalam perjuangan tersebut, yakni dari Thailand Adrianus Mooy mantan Gubernur BI dan Pengusaha Muda Yes Pella.

Selain itu, dibentuk pula Tim Penyusun draf Propasal usulan pembentukan kabupaten Rote Ndao terdiri dari pegawai yang sedang mengikuti tugas belajar dari NTT di program S2 di IIP, Domi Bandi yang sekarang pejabat di Bappeda Sumba Timur, El Ndun Kepala Dinas PPMD Nagekeo, Ren Dano, camat di Kabupaten Kupang, Lery Rupidara Kepala Biro di Kantor Gubernur NTT.

Para Sesepuh Rote yang lainya duduk sebagai penasihat Masing masing JN Manafe. Anggota DPR RI, Anton Adi Mantan Bupati Kupang, Pengusaha Nasional Agus Tupu dan Yusuf Meruk, Dokter Pelokilla dan Dr Mboeik, Rohaniwan Petrus Oktavianus, David Fanggidae dan Alfaris Lian, Ir. Saudale, dan dari Thailand bergabung pula Adrianus Mooy mantan Gubernur BI dan Pengusaha Muda Yes Pella.

“Ada juga putra NTT yang bukan Orang Rote, tapi ikut berjuang di antaranya; Chris Praing Kadis Nakersostrans Sumba Timur, Imanuel Ani Kasisnakersis Sumba Barat serta Beny Ngalu pejabat di Pemda Belu,” beber Lian.

Selain para tokoh dan sesepuh, ada juga para generasi muda yang berbagi peran untuk mendukung panitia antara lain: Sofi Nggebu, Pace Djo, Chemsye Lian, Yep Ndolu, Esa Nggebu Jhoni Pena, Yos Nggebu Yani Nggebu, John Seme, Yos Rote (Yos Sanu), Alfred Messah dan lainnya.

Menurut Saudi, meskipun panitia sudah terbentuk saat itu, tapi pecahnya gelombang demonstrasi Reformasi di Tahun 1998 membuat perjuangan ini senyap sementara. Setelah mulai meredah, dan Indonesia pada masa pemerintahan Gus Dur dan Megawati, perjuangan dilanjutkan kembali.

“Tadinya rapat-rapat perjuangan berlangsung di petakan Betawi, tempat kos saya, setelah itu mulai berpindah dari hotel dan gedung karena para sesepuh turun tangan,” ungkapnya.

Dalam masa perjuangan itu, tak jarang mereka yang tergabung sebagai panitia harus urunan untuk membeli makanan (nasi bungkus). Selain itu, untuk akses, mobilisasi menggunakan mobil sumbangan dari Yes Pella, Sofi Nggebu dan John Seme, serta sepeda motor Vespa tua milik Saudi Lian. Terkadang juga harus makan di pinggir jalan.

“Setelah sesepuh turun tangan, sudah bisa makan di restoran, kendaraan untuk operasional juga bertambah lewat sumbangan para sesepuh. Saat itu sudah bisa naik mobil Volvo dan Marcedes Bens milik Agus Tupu dan Yusuf Merukh.

“Ya, memang Tuhan sungguh baik saat itu,” katanya.

Pada saat yang sama, Bupati Kupang Waktu itu, Ibrahim Agustinus Medah yang akrab dipanggil Iban adalah seorang politisi senior yang brilian sangat matang, beliau begitu hati-hati dan sama sekali tidak gegabah sedikitpun dalam merespon api perjuangan.

“Bahkan untuk memastikan bahwa perjuangan ini serius, beliau (Ibrahim Medah) dengan piawai melempar pertanyaan menggelitik di media:
“apakah orang yang berjuang untuk Rote jadi Kabupaten ini tidak sedang mabuk?,” ungkap Lian menirukan pernyataan Ibrahim Medah.

Sontak, pernyataan Iban Medah yang cerdas itu membuat semua pejuang kebakaran jenggot marah, mengkal, kecewa, panik, frustrasi, semua campur aduk menjadi satu. Keadaan menjadi genting saat itu.

betapa tidak, karena semua sadar sehebat apapun nyala api perjuangan di Rote, Kupang dan Jakarta, hanya menemui kehampaan kalau syarat prinsip rekomendasi dukungan dan Legal Proposal usulan pembentukkan Kabupaten Rote Ndao tidak ditandatangani oleh Bupati Kupang Iban Medah dan Ketua DPRD Kabupaten Kupang saat itu, Ruben Funay.

Para Panitia Jakarta kembali menggelar rapat di Hotel Kemang dan Ketua Panitia Jakarta Jenderal Benyamin Balukh didampingi Ren Dano, diutus berangkat ke Kupang untuk menjelaskan kepada Iban Medah bahwa panitia Jakarta sudah siap untuk mendukung perjuangan Pembentukan Kabupaten Rote Ndao.

“Puji Tuhan Iban Medah akhirnya yakin bahwa perjuangan ini serius bertepatan dengan momentum merebaknya semangat Otonomi Daerah di seluruh nusantara,” ucap Lian.

Usai pertemuan itu, Bupati Iban Medah bergerak cepat didukung sepenuhnya oleh seluruh Anggota DPRD kabupaten Kupang, Sekda, Kepala Badan dan Dinas terkait bahu membahu memenuhi segala persyaratan yang dibutuhkan.

“Saya merapat ke Kupang bertemu Kabag Pemerintahan Kabupaten Kupang, Sony Said untuk pemaduan Data sehingga draf proposal usulan bisa tersusun rapi,” jelas Lian.

Tetapi, ketika disampaikan ke pusat Proposal tersebut tersendat lumayan lama di Kementerian Otonomi Daerah, karena pada saat itu mulai diberlakukan PP no 129 tentang Syarat syarat pembentukan dan Kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan kabupaten.

“Saya menghadap Menteri Otonomi Daerah Ryas Rasyid di Kantor Kebun Sirih meminta nasehat dan beliau menyerahkan foto copy dokumen PP 129 Tahun 2000 tersebut sambil menasihati supaya segera berangkat ke Kupang dan kerja cepat menyiapkan seluruh persyaratan yang ditetapkan dalam PP yang baru itu,” katanya.

Saat itu juga, Saudi Lian langsung menelpon Iban Medah yang sedang berada di Surabaya mendampingi ibu Ance Medah Amalo yang sedang menderita sakit. Medah kemudian menyarankan Lian untuk ikut ke Surabaya, sementara para pejabat terkait kabupaten Kupang diarahkan ke Surabaya untuk menyelesaikan penyusunan Legal Proposal di sana.

Tetapi, saat itu Saudi Lian menolak dengan alasan bahwa kriteria yang dipersyarakan untuk menyusun proposal membutuhkan data otentik dan perhitungan statistik. Sehingga, menurut Lian, lebih efektif kalau dirinya turun langsung ke Kantor bupati Kupang.

“Selain itu, saya harus meminta tanda tangan rekomendasi Gubernur NTT Pak Piet A. Tallo dan Ketua DPRD NTT, Pak Dan Wodapale, serta Ketua DPRD Kabupaten Kupang pak Ruben Funay,” jelasnya.

Tiba di Kantor Bupati Kupang, Saudi Lian bertemu Sekda Barnabas Njurumana, Asisten Christian Nehemia Dillakh, Kepala Badan Statistik Kupang, serta Kepala Bagian Pemerintahan yang Baru saja menggantikan Sony Said yaitu Muhamad Idin mantan Camat Rote Timur.

Diceritakan Saudi Lian, dalam waktu dua hari seluruh dokumen sudah selesai. Dia pun langsung ke Kantor Gubernur didampingi Mel Adoe. Tak sampai satu jam, rekomendasi sudah ditandatangani oleh Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi NTT.

“Minggu pagi saya mampir di Rumah Ketua DPRD Kabupaten Kupang pak Ruben Funay untuk minta tanda tangan beliau. Saya kemudian pamit dengan kalungan selimut Timor yang manis dari ibu Funay,” ungkap Lian.

Sehabis Ibadah Minggu Sore di Kupang, Saudi Lian langsung terbang ke Surabaya bertemu Iban Medah untuk menandatangani seluruh dokumen tersebut. Tepat pukul 11 malam Saudi kemudian pamit dan langsung menuju Bandara.

Keesokan harinya, seluruh dokumen pembentukan kabupaten Rote Ndao langsung diserahkan oleh Saudi Lian ke ke tangan Menteri Otonomi Daerah Ryaas Rasyid. Hubungan emosional Saudi dan Ryaas cukup mendalam.

Ketika Ryaas menjadi Rektor IIP, Saudi adalah ketua Senat Mahasiswa. Tidak sebatas itu, Ryaas juga menjadi pembimbing dan promotor sejak Saudi di Program S1 dan Magister Institut Ilmu Politik Jakarta. Bahkan keduanya banyak terlibat dalam diskusi baik formal dan informal.

“Saya gugah hatinya. Saya bilang hadiah sepanjang masa yang saya minta dari bapak adalah persembahkanlah kepada kaum keluarga di tempat kampung Kelahiran saya. Sebuah kabupaten yaitu kabupaten Rote Ndao sebagai pagar selatan nusantara,” ujar Saudi Lian.

Dalam waktu relatif singkat, dokumen usulan kabupaten Rote Ndao sudah sampai di senayan, tepatnya di Komisi II DPR RI yang diketuai oleh Ferry Mulsidan Badan. Untuk menguji kelayakan proposal, dibentuklah Dewan Pakar yang direkrut dari para Guru Besar Perguruan Tinggi dan berhimpun di Hotel Wisata Kebun Kacang Jakarta Pusat.

Menurut Saudi Lian, saat itu Bupati Kupang Ibrahim Agustinus Medah tampil begitu prima dan dengan kecerdasan yang tidak biasa. Medah mempertahankan poposal Pembentukan kabupaten Rote Ndao di hadapan Dewan Pakar.

Hasilnya, dalam sidang yang dipimpin oleh Guritno di Ruang Sidang DPR RI Senayan Jakarta pada tanggal 10 April 2002, diketuklah Palu Rote Ndao menjadi kabupaten.

Hari Itu, tanggal 10 April 2002, seluruh pejuang dari panitia Rote, Kupang dan Jakarta serta masyarakat perantauan Rote Ndao Jabodetabek bersama Bupati Kupang dan para sesepuh merayakan hari sukacita dengan ibadah syukur di Hotel Kemang.

Sofi Nggebu, Ketua Yayasan Putri Mata Air mengemas acara syukuran tersebut dengan nuansa adat budaya Rote, sementara Firman Tuhan disampaikan oleh pendeta Jans Jeferson. Bupati Iban Medah menyampaikan Pidato yang disambut dengan tepuk tangan gemuruh.

Kemudian terbitlah Undang-undang Nimor 9 Tahun 2002 tanggal 10 April 2002 yang ditandatangani langsung oleh Presiden RI saat itu, Megawati Seloekarno Putri dan dinyatakan berlaku pada saat yang sama.

;Ketika saya dan El Ndun menjemput Dokumen resmi Undang-undang No. 9 Tahun 2002 itu di Sekretariat Perundang-undangan 2, Sekretariat Negara Medan Merdeka Utara, tangan kami gemetar mencium dokumen bersejarah itu sambil meneteskan air mata,” tandasnya.

Tanggal 10 April 2002

Melihat fakta selama ini bahwa hari ulang tahun kabupaten Rote Ndao dirayakan pada tanggal 2 Juli, menurut Saudi Lian adalah sangat keliru. 2 Juli sebenarnya merupakan tanggal dimana Christian Nehemia Dillak dilantik sebagai Penjabat Bupati Rote Ndao.

“Tanggal 2 Juli 2002 itu Gubernur Piet Tallo dan para pejabat provinsi, Bupati Iban Medah dan Pejabat Kabupaten Hadir. Panitia Kupang dan orang Rote di Kupang turun secara beramai-ramai,” ungkap Lian.

Dari Panitia Jakarta, jelas Saudi Lian, dirinya bersama Agus Tupu, Yes Pella, Sofy Nggebu, Lerry Rupidara, Yos Rote, Obbie Messakh ikut hadir di Baa. Dan untuk pertama kalinya pesta semeriah itu digelar di Rote saat itu.

Menurut Saudi, semua orang termasuk Christian Dillak tidak menyadari bahwa tanggal 2 Juli itu adalah tanggal Pelantikan Penjabat Bupati Rote Ndao.

“Dasar Hukumnya adalah SK menteri, sedangkan kabupaten Rote Ndao sudah sah lahir sebelumnya, yaitu tepat tanggal 10 April 2002 saat diterbitkannya Undang Undang No 9 Tahun yang ditandatangani Presiden RI,” ungkapnya.

Kerena itu, dalam berbagai kesempatan, Saudi selalu mengatakan untuk sepatutnya meluruskan kembali cerita sejarah terbentuknya kabupaten Rote Ndao yang sesungguhnya.

“Mulai tahun 2020, apa susahnya kalau perayaan Hari Ulang Tahun Pembentukan Kabupaten Rote Ndao diselenggarakan pada Tanggal 10 April,” tegasnya.

Memang menurut Saudi Lian, Bupati Christian Dillak saat itu mengadakan HUT Rote Ndao merujuk pada pesta meriah tanggal 2 Juli. Tanggal itu pun terus digunakan sampai dengan masa.pemerintahan Leonard Haning yang memimpin selama 10 tahun.

“Kini Ibu Paulina Bullu Haning sudah sempat melakukan satu kali perayaan. Kita perlu mengingatkan jangan sampai keterusan sampai akhir masa jabatannya, sama seperti pendahulunya lagi. Oleh karena itu mari kita luruskan,” tegasnya. (AM/BN/LM)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *