KUPANG, berandanusantara.com – Minggu (17/12/2017) siang tadi, DPP PDIP telah menetapkan pasangan Marianus Sae-Emy Nomleni sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT untuk Pilgub 2018 mendatang. Namun penetapan ini justru menuai protes dari masyarakat, simpatisan, bahkan kader PDIP di NTT.
Kekecewaan itu dikarenakan keputusan DPP PDIP tidak mengakomodir para kader yang dinilai sangat potensial. Bahkan, tak segan-segan keputusan tersebut dianggap sebuah penghinaan terhadap para pencinta partai berlambang kepala banteng moncong putih itu.
Padahal sebelumnya, Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristianto mengatakan akan menyiapkan kejutan bagi masyarakat NTT. Namun kejutan yang diumumkan langsung oleh Ketua Umum, Megawati Soekarno Putri itu justru memantik kekecewaan karena dianggap mengabaikan kader potensial yang ada di internal PDIP yang ada di NTT.
“Partai yang kami kenal sebagai partai yang memperjuangkan rakyat kecil tapi hari ini telah mengabaikan kader- kader partai yang susah payah dan berdarah darah membesarkan PDIP,” tegas Remigius Bria Seran, salah satu simpatisan PDIP asal kabupaten Malaka, NTT.
Menurutnya, ada sejumlah kader PDIP yang sangat layak untuk diusung sebagai calon Gubernur. Sebut saja Kristo Blasin, Andre Hugo Pareira, Lucia Adinda Dua Nurak dan Raymundus Sau Fernadez.
Bria Seran mengatakan penetapan PDIP yang mengabaikan kader telah melahirkan rasa takut untuk meniti karir di partai dari titik paling bawah. Menurutnya tindakan pdip itu hanya melahirkan pragmatisme politik belaka karena untuk menjadi pemimpin tidak perlu berdarah-darah menguruskan partai.
“Cukup cari duit saja untuk sampai kita kaya setelah kita kaya baru berpartai untuk maju jadi pemimpin.karena putusan PDIP hari ini tidak memberikan pembelajaran secara idelogis tapi sebuah pragmatisme politik semata,” kata Bria Seran.
Dia mengatakan keputusan DPP PDIP itu akan mendapat perlawanan yang luar biasa dari masyarakat yang mencintai PDIP sebagai partai orang kecil.
“Kami katakan siap melawan keputusan ini dengan mengkampanyekan untuk tidak memilih pasangan Marianus-Emy. Siapa itu Marianus, dia adalah Bupati Ngada yang dibesarkan oleh PDIP tapi kemudian balik lawan PDIP. Di Ngada dia mengkampanyekan untuk lawan PDIP eh hari ini dia diakomodir oleh PDIP.wahai orang DPP buka mata sekarang,” kata Bria Seran.
Alfons Lette, simpatisan PDIP di kabupaten Belu juga mengatakan hal yang sama. Baginya, keputusan tersebut tidak mencerminkan PDI Perjuangan sebagai Partai Kader. Malah lebih sebagai partai yang baru lahir kemarin karena mengabaikan kader potensial diinternal PDIP yang sudah susah payah berjuang untuk kebesaran partai.
Sementata itu, Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan, Dolvianus Kolo, mengatakan tidak akan tunduk dan taat pada Surat Keputusan (SK) DPP PDI Perjuangan terkait dengan penetapan Calon Gubernur NTT Non Kader dalam perhelatan Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur NTT kali ini.
“Partai ini lagi semangat -semangatnya menggelar kaderisasi tapi kenapa dalam hajatan demokrasi seperti ini bukan kader yang disodorkan, ini bentuk pengangkangan terhadap partai kader sehibgga saya tegas menolak untuk tunduk pada SK DPP jika Cagub non kader PDIP yang ditetapkan,” tegasnya.
Dolvianus mengatakan NTT ini adalah basis PDIP sehingga apabila bukan kader yang ditetapkan maka pasti ada penolakan besar-besaran dari rakyat. Dia mengatakan PDIP merupakan partai incumben di NTT sehingga apabila bukan kader sendiri yang disodorkan maka pasti akan menuai kekalahan besar.
Dia mengatakan menolak wacana penetapan Cagub non kader ini diibaratkan seperti fenomena gunung es yang terjadi dimana Satu yang muncul sementara ribuan konstituen masih berada dibawah permukaan laut. (Tim)