Pemprov NTT Mulai Antisipasi Ancaman Krisis Pangan

  • Whatsapp
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT Lucky Koli, disampingi Kepala Biro Administrasi Pimpinan Pricilia Parera saat menberikan keterangan pers, Rabu (28/9/2022) pagi. (Foto: istimewa)

KUPANG, berandanusantara.com – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi ancaman krisis pangan dunia tahun 2023 mendatang.

Salah satu yang akan dilakukan adalah memastikan bahwa mulai memasuki musim penghujan di akhir tahun 2022 ini, akan ditanam berbagai jenis tanaman agar bisa berproduksi.

Read More

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT Lucky Koli menyampaikan hal tersebut dalam press conference yang berlangsung di lantai 1 Gedung Sasando Kantor Gubernur NTT, Selasa (27/9/2022) siang.

Dia menjelaskan, ada empat komoditas yang menjadi fokus pemerintah untuk digenjot yakni sorgum, kelor, jagung, serta ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB). Dia mengaku, keempat komoditas tersebut saat ini sudah dipersiapkan.

“Kalau untuk jagung masuk dalam program TJPS pola kemitraan yakni bekerja sama dengan Bank NTT dan off taker, serta sejumlah bank Himbara lainnya,” jelasnya.

Untuk sorgum, jelas Lucky, tahun ini pihaknya akan menanam sebanyak 3.500 hektar dan tahun depan 34.000 hektare. Saat ini benih sorgum sedang dalam proses penyaluran dan bibitnya berasal dari NTT yakni Kabupaten Flores Timur.

“Sudah dapat kemarin sebanyak 11 ton dan sudah didistribusikan ke kabupaten yang mendapat alokasi,” katanya.

Sementara untuk kelor, lanjut Lucky, pemerintah Provinsi NTT bekerjasama dengan pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan saat ini sedang disiapkan sebanyak 1 juta anakan yang kemudian akan didistribusikan ke rumah-rumah penduduk agar bisa berproduksi.

“Hasilnya akan di-take over oleh off taker yang sudah dipersiapkan,” ungkapnya.

Menurut dia, semua komoditas yang menjadi prioritas ini sudah dalam desain ekosistem, terutama untuk jaminan pasar dengan harga yang disepakati, sehingga para petani tetap optimis dan semangat untuk menanam.

“Apa yang dikerjakan oleh masyarakat nantinya akan ada manfaat baik secara pangan maupun ekonomi,” ujarnya.

Target Produksi Jagung 400 Ribu Ton dari Program TJPS

Sementara itu, Pemprov NTT melalui Dinas Pertanian NTT menargetkan produksi jagung dari program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) sebanyak 400 ribu ton.

Kepala Dinas Pertanian NTT, Lucky F. Koli, mengatakan, dari total 400 ribu ton yang ditargetkan, sebagiannya akan dimanfaatkan untuk kepentingan industri pakan ternak di Provinsi NTT.

“Jadi target produksi yang kita harapkan dari program TJPS di musim tanam satu ini sekitar 400 ribu ton. Sebagian kita gunakan untuk kepentingan industri pakan, dan selebihnya akan dikirim ke luar, termasuk ke Surabaya,” ujar Lucky Koli.

Menurut Lucky, dalam jangka pendek, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan menjalin kerja sama dengan Kabupaten Bali untuk mensuplai kebutuhan jagung dari NTT ke Provinsi Bali.

“Sementara Provinsi Bali akan mensuplai daging ayam dan telur ayam untuk kebutuhan kita di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Pulau Sumba,” ungkapnya.

Untuk menghadapi musim tanam 2022/2023, kata Lucky, Dinas Pertanian NTT sudah melakukan persiapan, sekaligus untuk mengantisipasi krisis pangan global yang akan dihadapi di tahun 2023 mendatang.

“Itu tantangan sangat serius. Karena itu, kami di Dinas Pertanian yang ditugaskan untuk menjaga ketahanan pangan daerah harus menyiapkan berbagai hal, dan mengkoordinasikan untuk memastikan musim hujan ini, lahan sebanyaknya harus ditanam, untuk bisa berproduksi,” jelasnya.

Pada musim tanam tahun 2022, kata Lucky, Pemprov NTT menargetkan sebanyak 105 ribu hektar lahan. Namun dari target tersebut, baru 37 hektar lahan yang digunakan untuk menanam.

“Dan penanaman itu dilakukan di musim tanam kedua pada bulan April-September kemarin. Hasilnya sudah dipanen untuk dijual oleh offtaker, sehingga para petani sudah mendapatkan hasilnya. Sisa lahannya akan dikerjakan pada musim tanam satu tahun 2022-2023 bulan Oktober-Maret,” terangnya.

“Kita siapkan lebih dari 88.000 ribu hektar. Semua itu sudah kita ajukan ke bank pelaksana, dan sekitar 40.000 lebih yang sudan di seleksi untuk dilakukan pencairan pertama, agar para petani bisa melakukan penanaman,” tambah Lucky.

Ia menambahkan, berdasarkan hasil koordinasi dengan BMKG, musim hujan akan jatuh pada minggu terakhir bulan Oktober 2022 mendatang.

“Sehingga kita sudah lakukan persiapan untuk memprioritaskan lokasi-lokasi yang curah hujannya mendahului, seoerti di Flores bagian barat,” jelasnya.

Sementara para off taker sedang melakukan penyaluran bibit dan pupuk ke sejumlah lokasi yang akan dilakukan penanaman, di ikuti kabupaten lain, yang curah hujannya akan jatuh pada bulan November nanti. (*/BN)

Related posts