Kolaborasi dengan Julie Sutrisno Laiskodat, Nikodemus Rihi Heke Sukses Kembangkan Tenun Ikat Sarai

  • Whatsapp
Seorang penenun sedang menenun kain motif khas Sabu Raijua. (Foto: *BN)

MENIA, berandanusantaraa.com – Keberhasilan seorang pemimpin dapat dilihat dari hasil yang ditunjukan saat kepemimpinannya. Masyarakat pun tentu dapat menilainya dengan hasil yang dirasakan melalui buah kepemimpinannya itu.

Begitu juga di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten yang dikenal sangat gersang ini dahulunya merupakan sebuah kecamatan yang secara administrasi adalah bagian dari Kabupaten Kupang.

Read More

Setelah mandiri dan menjadi kabupaten otonom, Sabu Raijua pelan-pelan mulai bergerak maju. Di masa kepemimpinan Bupati pertama Marthen Dira Tome yang kala itu berpasangan dengan Nikodemus Rihi Heke, berbagai terobosan dilakukan.

Di masa itu, terobosan yang sangat menonjol yakni berbasis industri. Yang terkenal saat itu adalah produksi garam Nataga, pengolahan rumput laut, serta air minum kemasan Oasa. Di samping itu ada juga sejumlah pembangunan infrastruktur. Semuanya berjalan baik dan berdampak pada daerah.

Dalam perjalanan waktu, Nikodemus Rihi Heke harus menjalankan roda pemerintahan sendirian lantaran Bupati Marthen Dira Tome tersendat masalah hukum. Mau tak mau, Nikodemus mesti melanjutkan misi keduanya mensejahterakan rakyat yang mereka pimpin.

Sejak dilantik menjadi Bupati definitif menggantikan Marthen Dira Tome, Nik, begitu sapaan akrab Nikodemus Rihi Heke mulai bekerja. Meski dengan ritme dan warna kepemimpinan yang berbeda, namun Nik rupanya mampu melakukan berbagai terobosan yang sangat berdampak.

Tokoh Agama Gereja Bethel Indonesia (GBI) di Kabupaten Sabu Raijua, Pendeta Nikodemus Musa Robo menilai sosok Nikodemus Rihi Heke di masa kepemimpinannya memiliki program yang baik, serta semangat membangun Sabu Raijua.

Pendeta di Gereja GBI Imanuel, Lobohede, Mehara ini mengakui kalau membangun Sabu Raijua harus memiliki rangkaian koordinasi dan lobi baik dengan pemerintah provinsi, maupun pemerintah pusat. Dan menurutnya, selama ini Nikodemus melakukannya dengan baik.

“Contohnya kerjasama yang dibangun dengan Ibu Julie Sutrisno Laiskodat selaku Ketua Dekranasda NTT. Tenun ikat di Sabu Raijua sangat tertolong. Apalagi, selama pandemi COVID-19, jualan tidak laku,” ujarnya.

Kolaborasi apik antara Nikodemus Rihi Heke dan Julie Sutrisno Laiskodat memajukan tenun ikat di Kabupaten Sabu Raijua rupanya mumpuni. Penenun seperti menemukan jalan yang sesungguhnya agar tenun Sabu Raijua dapat berkembang lebih baik.

Bukti nyatapun ditinjukan dan masyarakat khususnya penenun sangat memberi apresiasi yang besar. Apalagi dengan perhatian Nikodemus Rihi Heke melalui dana yang digelontorkan untuk merangsang dan memberi semangat bagi penenun memproduksi tenun ikat.

“Kelompok tenun ikat cukup banyak dan tersebar di Kabupaten Sabu Raijua. Semuanya terbantu karena diberdayakan melalui dana dari Pak Nik,” katanya.

Selain itu, tambah dia, Nikodemus Rihi Heke yang merupakan figur bersih dan bebas dari korupsi itu juga memiliki perhatian besar terhadap petani rumput laut di kabupaten Sabu Raijua, melalui alokasi dana.

Tidak sampai di situ, hubungan kemitraan yang dibangun antara pemerintah dan gereja juga berjalan sangat baik di masa kepemimpinan Nikodemus Rihi Heke. Sosok rendah hati ini banyak membantu gereja baik melalui bantuan sosial, maupun bantuan untuk pemberdayaan.

“Pak Nik mampu memposisikan diri secara baik. Ada masalah sekalipun di Sabu Raijua, Pak Nik dengan ketenangannya bisa menyelesaikan semuanya. Apalagi beliau figur yang bersih dan jujur,” pungkasnya. (*BN/Tim)

Related posts