Bank NTT Berhasil Turunkan NPL di Tahun 2021

  • Whatsapp
Media Gathering Akhir Tahun 2021 Bank NTT pada 30 Desember 2021 lalu. (Foto: BN)

KUPANG, berandanusantara.com – PT. Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) terus memaksimalkan kinerja keuangannya guna memenuhi target tingkat kesehatan bank yang baik, sekaligus memuluskan jalan menjadi Bank Devisa.

Berbagai terobosan dan inovasi pengurus terus dilakukan untuk membuktikan kepercayaan terhadap bank milik seluruh masyarakat Nusa Tenggara Timur ini. Alhasil, Bank NTT terus bertumbuh positif, meski masih dalam gempuran Pandemi Covid-19 yang belum juga berhasil.

Read More

Selain terobosan dan inovasi, bank bermoto “Melayani Lebih Sungguh” ini banyak melakukan pembenahan di dalamnya. Salah satu yang turut menjadi konsen adalah di bidang kredit, tatkala angka Non Performance Loan (NPL) atau kredit macet cukup tinggi yakni berada di posisi 4,48 persen.

Persentase kredit macet yang cukup tinggi ini membuat Bank NTT sempat menjadi sorotan miring. Bahkan sejumlah pihak mempertanyakan kinerja pengurus hingga angka NPL kecolongan hingga posisi yang hampir pada garis merah itu. Manajemen Bank NTT tentu tak tinggal diam.

Sejak Paulus Stefen Mesakh diangkat menjadi Direktur Kredit pada 9 Februari 2021 lalu, salah satu PR besar dirinya adalah NPL. Dia pun kepada media pada waktu itu dengan lantang menyatakan perang melawan NPL. Bahkan dengan tegas pula dia mengimbau kepada para debitur, khususnya yang bermasalah untuk kooperatif.

Dalam Media Gathering bersama media, Kamis (30/12/2021) lalu, Paulus Stefen Mesakh menjelaskan, sejak awal tahun dirinya menjading penanggungjawab kredit, soal menurunkan NPL yang saat itu dalam posisi tinggi merupakan sebuah tantangan tersendiri.

“Saat itu, saya bersama pengurus melakukan banyak pembenahan terutama di sisi kredit,” ujar mantan Kepala Divisi SDM ini.

Dia menjelaskan, sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) yang digagas pada awal tahun, Bank NTT menargetkan angka kredit macet harus turun di kisaran angka 2,68 persen. Bahkan, akan melampaui target setelah akhir tahun lantaran optimisme yang begitu tinggi terkait perbaikan NPL dari semua tim yang ada.

Terkait pertumbuhan kredit, jelas Stefen, untuk tahun 2021 hanya bercokol di angka 3 persen lebih dengan angka absolut Rp426 Miliar. Meski kecil, kata Stefen, di masa Pandemi Covid-19 angka ini terbilang sangat luar biasa, apalagi permintaan kredit dari sisi kredit produktif tidak begitu besar.

“Dengan kondisi yang ada, persyaratan teknis kredit di Bank NgaTT lebih ketat. Kami lebih hati-hati, sehingga tidak hanya mengejar pertumbuhan i kualitas kredit buruk,” ujarnya.

Oleh karena itu, pembenahan-pembenaham yang dilakukan agar selain dapat menekan NPL sekaligus membuat kualitas kredit menjadi lebih baik antara lain adalah manajemen resiko kredit, penerapan manajemen resiko yang lebih hati-hati dan pengendalian manajemen resiko.

“Jadi bagaimana proses kredit selama ini yang kurang prudent dengan manajemen proses yang tidak terlalu bagus, kami lakukan manajemen resiko kredit yang lebih bagus lagi,” jelasnya.

“Kami tetap ingin melakukan ekspansi kredit yang lebih besar, namun saat ini tetap harus lebih hati-hati dan tentunya dengan melihat kondisi debitur,” katanya lagi.

Pembiayaan UMKM

Stefen Mesakh menejelaskan, di masa pandemi saat ini, kredit Bank NTT lebih banyak disokong oleh kredit konsumsi. Namun, pada tahun-tahun mendatang di saat kondisi ekonomi sudah mulai membaik, maka kredit akan difokuskan pada pemberdayaan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM).

“Ini sesuai komitmen para pengurus. Ini juga sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) terkait rasio inklusi pembiayaan makro prudensial tahun 2022, Bank NTT minimal harus mencapai 20 persen pada posisi bulan Juni,” jelasnya.

Namun menurutnya, hingga saat ini tercatat Bank NTT telah melakukan pembiayaan kredit terhadap UMKM telah mencapai 22 persen. Pihaknya akan terus mengejarnya agar pada tahun 2023 bisa mencapai 30 persen.

“Langkah-langkah untuk tahun mendatang kami sudah tetapkan dalam RBB bahwa pembiayaan kredit akan lebih prudent dan ekspansif di sisi UMKM,” jelasnya.

Menurutnya salah satu langkah yang telah dilakukan untuk pembiayaan UMKM adalah melalui program Desa Binaan. Untuk tahun 2021 kemarin jelasnya, setiap kabupaten memiliki satu Desa Binaan Bank NTT, namun kedepan, terhitung tahun 2022, akan naik menjadi lima desa.

Dia mengatakan hal ini akan terus dilakukan, sehingga pertumbuhan ekonomi yang berakar di desa bisa terus digenjot melalui potensi-potensi lokal baik di sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Menurut dia, Bumdes juga akan lebih diberdayakan untuk mengelola program ini.

“Ini akan menjadi tanggung jawab penuh dari Bank NTT,” pungkas Stefen. (*BN)

Related posts