KUPANG, berandanusantara.com – Direktur Pemasaran Dana Bank NTT, Hary Aleksander Riwu Kaho mengatakan bahwa Bank NTT berkomitmen untuk melakukan kerja sama dengan Politani Kupang di bidang pemberdayaan mahasiswa. Di mana, Bank NTT akan mensuport mahasiswa dan lulusan Politani Kupang untuk bisa berwirausaha secara mandiri.
Hal tersebut dikemukakannya usai kegiatan penandatanganan kerja sama antara Bank NTT dan Politani Negeri Kupang tentang CO-Branding ATM sekaligus Kartu Mahasiswa, Senin (10/2/2020) siang.
“Untuk itu, perlu ada sinergitas antara Politani dengan semua pihak termasuk Bank NTT, dalam melihat segala potensi yang ada di dalam diri mahasiswa,” jelas Riwu Kaho.
Menurut Riwu Kaho, kerja sama yang nanti akan dibangun dalam kaitan dengan pemberdayaan mahasiswa adalah pengenalan lahan, merubah cara berpikir yang semula hanya belajar menjadi bertani secara modern dan profesional.
“Dengan kemudahan di bidang teknologi saat ini sebetulnya hanya dibutuhkan tekad yang kuat dari para mahasiswa, serta didukung dengan semua pihak termasuk Politani dan Perbankan,” ungkapnya.
Mantan Kepala Bank NTT cabang Waingapu ini juga berharap agar mahasiswa Politani Kupang lebih cerdas memilih masa depan, serta tidak terpengaruh pada orientasi yang sempit.
Ke depan, kata dia, akan ada pembahasan terkait model kerja sama untuk pemberdayaan mahasiswa, atau project pendidikan bersama antara Bank NTT dan Politani kupang.
“Pastinya kerja sama ini juga dengan melihat potensi pertanian, khsususnya yang berbasis organik,” ujarnya.
Apalagi menurut Riwu Kaho, asupan makanan organik untuk Rumah Sakit yang ada di Kota Kupang masih sangat kurang. Oleh karena itu, persoalan ini semestinya menjadi peluang untuk dikembangkan.
“Dengan model project yang ditangani dengan baik, pastinya akan memenuhi harapan,” pungkasnya.
Direktur Politani Negeri Kupang, Thomas Lapenangga mengharapkan agar Bank NTT dapat membantu modal usaha bagi para alumni agar dapat berwirausaha secara mandiri.
“Mahasiswa aktif pun saat ini sedang kami rancang praktek lapangannya tidak harus di Badan Usaha, melainkan langsung melakukan aktifitas usaha,” ujarnya.
Dari hasil usaha yang dijalankan, tambah dia, akan dievaluasi apakah mahasiswa tersebut mendapatkan keuntungan ataukah sebaliknya.
“Lebih dari itu, paling tidak kami sudah bisa menciptakan orang muda yang mau bergelut di dunia usaha, khususnya pertanian,” pungkasnya. (*am/bn)