KUPANG, BN – Debat kedua antar pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umun (KPU) NTT di auditorium Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Rabu (6/10/2024), berlangsung menarik.
Pada sesi ketiga debat tersebut, pasangan calon nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi-Adranus Garu dipersilahkan moderator untuk mengajukan pertanyaan kepada pasangan calon nomor urut 1, Ansy Lema-Jane Natalia Suryanto.
Calon gubernur Simon Petrus Kamlasi (SPK) bertanya terkait solusi dan kebijakan yang akan dilakukan terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) di NTT yang cenderung fluktuatif lantaran NTT rentan dengan perubahan iklim yang menyebabkan hasil seringali terganggu.
“Kalau di sana belum lengkap, akan saya lengkapi, supaya kita bisa membangun provinsi ini agar bangkit dari kondisi yang ada,” gurau SPK disambut tepuk tangan para hadirin.
Pada kesempatan itu, Cagub Ansy Lema mengatakan pemerintah perlu melakukan intervensi terkait kemandirian benih, pupuk yang berorientasi organik agar berkelanjutan, modernisasi pertanian melalui alat-alat yang memudahkan kerja petani, mulai sektor hulu sampai panen dan pascapanen.
“Alat seperti combine harvenster itu sangat penting untuk meningkatkan produktifitas para petani,” kata Ansy.
Selain itu, Ansy juga mengungkapkan pentingnya pelibatan koperasi untuk memahalkn posisi tawar petani, agar para rentenir dan tengkulak tidak sesuka hati mengatur harga petani. Dengan demikian, kata Ansy, petani semakin memiliki daya saing.
“Urusan jual beli hasil pertanian, ditransaksikan melalui koperasi. Kata kuncinya koperasi sebagai sokoguru perekonomian untuk mendorong kuatnya para petani. Yang paling penting juga adalah peran para penyuluh. Ini harus diberdayakan dan dioptimalkan,” jelas Ansy.
Mendengar penjelasan Ansy, moderator kemudian memberikan kesempatan kepada SPK untuk menanggapi. Pada kesempatan itu, SPK menegaskan kalau apa yang disampaikan Ansy tersebut sangat bagus, apabila NTT dalam kondisi yang ideal.
“Yang tadi saya bilang itu apabila ada perubahan iklim yang mengakibatkan terjadinya gagal panen. Nah ini perlu strategi karena petani kita tidak pernah lolos karena kondisi ini,” tegas SPK.
Cagub SPK menjelaskan, dalam kondisi NTT rentan terjadi perubahan iklim, yang harus dipikirkan adalah varietas unggul tahan cuaca kering. Kemudian metode untuk kontinutas dari irigasi yang ada sangat penting untuk lahan di NTT.
Menurut SPK, metode irigasi yang efektif salah satunya adalah irigasi tetes. Kedepan, kata SPK, pabrik high density polyethylene (HDPE) perlu dibangun di NTT untuk menunjang metode irigasi tetes dimaksud. HDPE adalah polietilena termoplastik yang terbuat dari minyak bumi dengan karakteristik sedikit buram, transparan dan elastik, bahkan tahan panas, serta benturan.
“Termasuk produk-produk lain yang bisa membangkitkan industri olahan di NTT yang bisa mendukung pertanian,” ujar peraih rekor MURI pemasangan 4.000-an pompa hidram di Indonesia ini. (*/BN)